Sabtu, 12 Maret 2011

PENGGUNAAN KAMERA DSLR

Sedikit Berbagi Tentang Penggunaan Kamera DSLR.
Fotografi digital memudahkan kita memahami dunia fotografi, hasil jepretan langsung bisa di review melalui  jendela LCD, sehingga kita bisa mengevaluasi hasil jepretan,  karena data teknis yg berkaitan dengan Jepretan tadi  terlihat dan terekam, berbeda dengan Fotografi Konvensional, dimana kita harus mencetaknya dulu baru dapat melihat, mereview dan mengevaluasi hasil jeperetan, data teknis-nya pun kita harus mencatatnya terlebih dahulu, sehingga butuh banyak biaya dan waktu yg terbuang untuk bisa memperbaiki kemampuan fotografi kita. Fotografi pada dasarnya hanya membutuhkan pengalaman yang banyak sehingga secara tidak langsung akhirnya akan mengetahui tehnik dan istilah dalam Fotografi, Seni Fotografi digital bisa diibaratkan sebagai melukis dengan cahaya, dalam hal ini kamera dan Lensa yang menggantikan peran kuas dan cat.Tapi untuk mendapatakan hasil foto yang bagus dan indah memerlukan teknik dan pengetahuan tentang fotografi, dan pasti tentang kamera karena itu saya akan sedikit berbagi informasi tentang Fotografi.

Teknik Dasar Fotografi Digital :
Shutter Speed
                 Ada dua hal yg memegang Peranan terpenting dalam kamera dan lensa, yaitu Shutter Speed dan Aperture. Shutter Speed adalah  lamanya waktu yg diperlukan untuk menyinari sensor CMOS atoCCD pada kamera digital, dan Film pada kamera konvensional. Pada Kemera tertera angka-angka 250,125,60,30,15 dst. Ini berarti lamanya penyinaran adalah 1/250 detik, 1/125 detik, 1/60 detik, dst. Semakin besar angkanya berarti semakin cepat waktu yg digunakan, hal ini akan menciptakan efek diam (freeze), misalnya kita akan memotret objek yg sedang bergerak, misal mobil, dengan efek diam, kita memerlukan setidaknya shutter speed diatas 1/125 detik, Sebaliknya bila kita akan memotret objek tersebut dengan efek bergerak, maka dibutuhkan shutter speed kurang dari 1/125 detik, sebaiknya dilakukan dengan cara mengikuti arah gerak objek, hal ini disebut teknik panning, Dua hal diatas tergantung juga dari kecepatan objek tersebut bergerak, semakin cepat objek bergerak, berarti semakin tinggi shutter speed yg dibutuhkan agar memperoleh efek diam atau bergerak yang kita inginkan, Perlu diperhatikan, semakin rendah shutter speed, akan mengakibatkan semakin besar juga kemungkinan terjadinya camera shaking, yg akan mengakibatkan hasil jepretan menjadi goyang dan tidak tajam Agar aman, gunakan shutter speed diatas 30 atau 1/30 detik, kalo memang menginginkan shutter speed lebih rendah, misal 1/15 detik, 1/8 detik ato yg lebih rendah, gunakan penyangga ato tripod Setelah Shutter Speed.

Aperture dan ISO
                 Setelah membahas Shutter Speed pada bagian pertama artikel ini, Elemen lain yg tidak kalah penting dalam fotografi adalah Aperture, Aperture Adalah ukuran bukaan lensa yang berfungsi memasukkan dan meneruskan cahaya ke film atau sensor. ukuran besar kecilnya diatur melalui diafragma. Pada kamera umumnya tertera 2,8; 4; 5,6 dst. angka2 tersebut dikenal sebagai f-number, jadi disebut aperture (bukaan) f/2,8; f/4; f/5,6 dst. Semakin besar aperture semakin kecil fnumbernya dan semakin kecil pula diameter bukaannya, jadi f/16 lebih kecil diameternya daripada f/5,6 Cara kerja aperture mirip pupil pada mata manusia, semakin banyak cahaya yang masuk, semakin kecil diameter pupil, begitu pula sebaliknya. Aperture sangat berhubungan dengan ruang tajam atau depth of field, semakin besar f-number, misal f/22, rentang ketajaman akan semakin lebar. Artinya objek di belakang dan di depan fokus utama memiliki ketajaman yang baik. sebaliknya kita akan mendapatkan efek blur/buram untuk objekdi depan dan dibelakang fokus utama jika  menggunakan f-number kecil, misal f/2,8 Shutter speed dan aperture harus bersinergi untuk mendapatkan
exposure yang tepat. Peranan ISO juga penting, semakin tinggi ISO yang digunakan, maka kepekaan terhadap cahaya pun makin besar, sehingga pada pencahayaan kurang pun, shutter speed maupun aperture masih dapat digunakan secara maksimal. Tapi perlu diingat, semakin tinggi ISO yang digunakan, akan semakin tinggi tingkat noise ataupun grain yang dihasilkan Untuk mengetahui apakah exposure sudah tepat atau belum, pada kamera digital ato konvensional tersedia fasilitas metering. Sehingga terjadinya over exposure (kelebihan pencahayaan) atau under exposure  (kekurangan pencahayaan) dapat diminimalkan.
                 Setelah teknik dasar dapat dikuasai, berikutnya yg dibutuhkan adalah jam terbang, karena seni fotografi identik dengan momen, dan momen yg baik tidak mudah terulang, kepiawaian menentukan komposisi dan sudut ambil gambar dapat berkembang seiring jam terbang, kemudian perbanyak referensi dari, buku, internet, maupun sumber2 lain. Bagaimana bagus dan canggihnya sebuah kamera, hanya merupakan sebuah alat, yg menentukan adalah orang yg berada di belakang kamera

Mencegah Under Exposure

                Untuk camera biasa atau camera saku umumnya pengguna kamera digital saku, mengeluh hasil foto yg mereka dapatkan cenderung kurang terang (under exposure), terutama pada flash photography (indoor), ini terutama karena pada kamera jenis ini hanya mengandalkan built-in flash atau lampu kilat yg rendah intensitas cahaya-nya, sehingga jangkauan / coverage areanya terbatas, ditambah kebiasaan memotret pada jarak maximum jangkauan flash sehingga
Yang sering terjadi adalah :
Pada wide angle lens (zoom out max), hanya daerah tengah saja yg cukup cerah, sementara pd bagian tepi / pojok, cenderung lebih gelap, ini disebabkan karenaketerbatasan coverage area flash.
Pada lensa tele (zoom in max), cenderung keseluruhan kurang cerah (under), ini disebabkan pada posisi zoom in, bukaan aperture mengecil, sehingga lebih banyakdibutuhkan cahaya, akibatnya jangkauan flash memendek.
               Untuk menghindari problem tsb, kita perlu tahu kemampuan flash kamera, umumnya pd camera saku cuma diberikan data jangkauan max flashnya, misalnya: wide angle: 3 m, tele: 2 m, pd ISO 100. Setiap peningkatan 1 stop/double (ISO 200), jarak jangkauan max flash tsb meningkat 1,4 kali, pada kenaikan 2 stop/quadruple (ISO 400) jarak max flash meningkat 2 kalinya, sebaliknya bila ISO turun ½ nya (ISO 50) jarak max flash menurun 0,7 kali.
sehingga Untuk mencegah under exposure, usahakan memotret dlm jarak sebelum / di bawah jangkauan max flash.

Beberapa hal yg harus diperhatikan untuk mencegah Under Exposure :
-Gunakan ISO tertinggi utk kondisi cahaya kurang (low light) dan atau utk obyek bergerak (foto sport / action), agar obyek cukup tercahayai, sekaligus “membekukan” gerak. Kelemahan dgn penggunaan ISO tinggi, terutama pd camera bersensor kecil ini, adalah peningkatan noise. Tapi tingkat noise ini  masih layak cetak utk ukuran kecil (3-4R), bila anda “alergi” dgn noise / grainy, hindari ISO 800 ke atas, gunakan max ISO 800 untuk siang hari dan 400 max pada malam hari tapi ini juga tergantung kamera yang digunakan karena ada beberapa kamera yang mempunyai kemampuan lebih dari itu (rata-rata untuk kamera yang high end).
-Gunakan flash dengan speed rendah (slow synch flash/rear) agar obyek plus backgroundnya cukup tercahayai dgn baik. Ini terutama berguna utk night shoot / scene, di mana background yg gelap, akan cukup tercahayai (cerah), cuma yg perlu diingat, walau menggunakan blitz, krn pd speed rendah, usahakan menjaga kamera dan subyek fotonya tetap steady (disarankan menggunakan tripod). Keuntungan lainnya, semakin rendah speednya, semakin lebih natural warna cahaya asli yg terekam (misalnya: warna lampu pijar yg lebih warm).
-Gunakan nilai (+) EV (exposure compensation) utk “mencerahkan” hasil fotokita. Keuntungan dgn cara ini, adalah: peningkatan kecerahan tdk dibarengi dgn peningkatan noise, krn cara kerjanya adalah dgn menurunkan speed sampai batas “aman”, di mana speed masih cukup tinggi utk handheld (kamera dipegang dengan tangan), bila ini masih belum cukup, maka aperturenya yg akandiperbesar; terkait dgn cara kerjanya, kita harus memperhitungkan akibatnya, antara lain :
-Semakin besar nilai (+) EV-nya, semakin rendah speednya, ini tdk cocok utk “membekukan” gerak obyek, lebih cocok utk still foto.
Bila sampai aperturenya diperbesar, maka DoF (Depth of Field) nya akan memendek, tapi hal ini jarang, apalagi mengingat kamera saku digital mempunyai DoF yg “sangat” panjang, kecuali utk foto macro.
Karena kecerahan ini sengaja kita “tambahkan”, maka hindari penggunaannya utk foto dlm jarak dekat / close-up (1 m atau kurang), utk menghindari over exposure; lebih berguna utk foto yg mendekati jangkauan max flashnya, agar tidak under – exposure hasilnya. Seberapa besar nilai (+) EV-nya (exposure value) ? tergantung berapa cerah foto yg kita inginkan, kondisi penerangan di lokasi pemotretan, dan jangan lupa sesuaikan dgn ISO setting yg kita gunakan, utk itu lakukan percobaan dulu utk menentukan nilainya.
-Umumnya nilai +2/3 – 1 (+0,7 – 1,0) pd ISO 100-200 sudah cukup, pada kondisi tertentu yg membutuhkan tingkat kecerahan tinggi, mungkin baru cukup pd ISO400 (misalnya: foto group yg terpaksa dilakukan pada jangkauan max flash). Untuk auto ISO setting, perhatikan range ISO-nya, umumnya antara 100-200, 100-400, 50-150, tergantung merk / type kameranya (walau kamera umumnyacenderung memilih ISO terendahnya).

Sedikit Tentang Flash
                  Sekilas jika kita berpikir tentang penggunaan flash, maka kita akan tahu kalau itu berlaku untuk suasana pemotretan yang kekurangan cahaya. Karenanya, kita umumnya tidak memikirkan tentang perlunya penggunaan flash pada pemotretan luar ruangan (siang harie) karena sinar matahari sudah sangat terang. Di sinilah kesalahan kita (termasuk saya juga) dimulai. Flash ternyata sangat dibutuhkan pada pemotretan outdoor, terutama pada:
Kondisi obyek membelakangi matahari. Pada kondisi seperti ini, meter kamera akan mengira suasana sudah cukup terang sehingga akan menyebabkan obyek yang difoto tersebut gelap/under karena cahaya kuat tersebut percuma karena tidak direfleksikan oleh obyek. Cara mengakalinya adalah dengan melakukan fill in pada obyek sehingga walaupun latar sangatterang tetapi obyek tetap mendapat cahaya.
Matahari berada di atas langit. Ini akan mengakibatkan muncul bayangan pada bawah hidung dan dagu. Gunakan flash untuk menghilangkannya. Untuk melembutkan cahayanya gunakan bounce card atau diffuser.
Obyek berada pada open shade (bayangan). Flash digunakan untuk mendapatkan pencahayaan yang sama pada keseluruhan obyek karena bayangan akan membuat gradasi gelap yang berbeda-beda pada bagian-bagian obyek apalagi wajah manusia.
Langit sangat biru dan menggoda. Jika kita tidak tergoda oleh birunya langit dan rela mendapat foto langit putih ketika memotret outdoor maka silahkan lakukan metering pada obyek tanpa menggunakan flash atau dengan flash. Jika kita rela obyek kekurangan cahaya asalkan langit biru silahkan lakukan metering pada langit. Nah, jika kita ingin langit tetap biru sekaligus obyek tercahayai dengan baik, gunakan metering pada langit dan fill flash pada obyek. Ini akan menghasilkan perpaduan yang tepat dan pas.
Langit mendung. Ketika langit mendung, jangan segan-segan gunakan flash karena efek yang ditimbulkan awan mendung akan sama seperti jika obyek berada pada open shade.
Depth Of Field

                   Secara harafiah Depth of Field (DOF) berarti kedalaman ruang. Di dunia fotografi, DOF secara teknis berarti rentang atau variasi jarak antara kamera dengan subjek foto untuk menghasilkan variasi ketajaman (fokus) gambar yang masih dapat diterima (tidak blur). Dengan kata lain, DOF digunakan untuk menunjukkan ruangan tertentu di dalam foto
yang mendapatkan perhatian khusus oleh mata karena adanya perbedaan ketajaman (fokus) Secara umum, Depth Of Field dipengaruhi oleh 3 hal yaitu :
1. Jarak fokus utama dari kamera
· Lebar ruang tajam berbanding lurus dengan kuadrat jarak objek. Jika kita mengubah jarak antara kamera dengan objek sebesar 3x (lebih jauh – dengan menggeser kamera mundur dari posisi semula) maka lebar ruang tajam akan
menjadi 9x lebar semula.
2. Bukaan diafragma
· Lebar ruang tajam berbanding lurus dengan diafragma. Contoh: jika diafragma dinaikkan 2 stop dari f/8 ke f/16, maka lebar ruang tajam akan menjadi 2x lebar semula.
3. Panjang fokus lensa yang digunakan
· Lebar ruang tajam berbanding terbalik dari kuadrat panjang fokus. Dengan kata lain, lebar ruang tajam akan menjadi 4x lebar semula jika kita mengubah lensa dari 100mm ke 50mm (panjang fokus lensa setengah dari semula). Semakin lebar sudut lensa maka semakin luas daerah ruang tajamnya. Ini artinya, ketika kamera di-zoom out, objek yang kita shoot akan semakin leluasa untuk bergerak maju ataupun mundur dalam jarak tertentu dari kamera dan masih terlihat tajam/fokus. Ruang tajam yang sempit dalam pengambilan gambar telephoto, disebut juga DoF sempit, sedangkan ruang tajam yang luas dalam pengambilan gambar wide disebut juga DoF luas. Semakin membuka diafragma, semakin sempit daerah ruang tajamnya. Ini berarti, mengatur fokus dalam situasi pencahayaan yang kurang akan lebih problematis
dikarenakan diafragma harus membuka lebar dan objek tidak akan leluasa untuk bergerak mendekat atau menjauh dari kamera karena akan keluar dari fokus (out of focus). Kombinasi antara telephoto (zoom in all the way) dan diafragma yang membuka lebar, akan mengakibatkan ruang tajam yang sempit. Satu contoh, saat pengambilan gambar telephoto (tight shot) seorang penyanyi yang melakukan konser pada malam hari dengan pencahayaan yang minim, kita harus berhati-hati dalam mengatur fokus, karena sedikit saja penyanyi tersebut bergerak mendekat atau menjauh dari kamera, maka dia akanmudah untuk keluar dari fokus.

Inti Pembahasan / Rumusan
                Untuk melakukan suatu pemotretan, satu hal yang mutlak diperlukan adalah cahaya. Baik cahaya yang tampak seperti pemotretan biasa ataupun cahaya yang tidak tampak seperti dalam pemotretan dengan infra merah atau sinar X untuk rontgen. Jumlah cahaya yang digunakan untuk membentuk suatu gambar tergantung pada Kepekaan media  (ASA/ISO), Kecepatan/Shutter Speed dan Diafragma.
Kepekaan media terhadap cahaya (ASA/ISO).
           Media yang dipakai dalam fotografi konvensional adalah suatu lapisan tipis (film) yang peka terhadap cahaya berupa butiran-butiran halus. Kepekaan terhadap cahaya ini dikategorikan dengan satuan ASA/ISO. Angka untuk ASA/ISO yang digunakan adalah 25, 50, 100, 200, 400 dan seterusnya yang merupakan kelipatan dari angka sebelumnya. Semakin besar angka ASA/ISO maka semakin peka terhadap cahaya dan memiliki butiran yang semakin kasar. Penggunaan ASA/ISO dengan angka yang besar memungkinkan pemotretan dengan hanya sedikit cahaya seperti dalam ruangan, sore hari/mendung tetapi mempunyai efek hasil gambar yang kasar terutama dalam pencetakan gambar yang besar. Sedangkan ASA/ISO yang kecil membutuhkan banyak cahaya tetapi menghasilkan gambar yanghalus dalam pembesarannya.
Kecepatan/Shutter speed.
           Kecepatan/shutter speed adalah suatu mekanisme di dalam kamera yang mengatur lamanya cahaya yang masuk ke dalam kamera dalam satuan detik. Angka yang tertera di kamera adalah B, 1, 2, 4, 8, 15, 30, 60, 125, 250, 500 dan
seterusnya yang merupakan kelipatan angka sebelumnya. Angka maksimal untuk Kecepatan/Shutter speed tergantung pada kemampuan dari kamera tersebut. Angka-angka tersebut bukanlah angka yang sebenarnya dalam detik tetapi merupakan penyebut dari pecahan satu per ( 1/x) sehingga dengan angka yang tertera sebesar 60 maka cahaya yang masuk adalah satu per enam puluh detik (1/60 detik). Efek yang ditimbulkan pada perubahan Kecepatan terutama pada benda bergerak. Benda bergerak yang di ambil dengan kecepatan tinggi akan terlihat diam dan yang diambil dengan Kecepatan rendah akan terlihat garis memanjang.
Diafragma
         Diafragma adalah suatu mekanisme dalam kamera (lensa) yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke kamera. Bagian ini terdapat dalam susunan lensa berupa lembaran membentuk lubang/lingkaran yang bisa berubah ukuran. Semakin besar pembukaan diafragma maka semakin banyak cahaya yang masuk dan sebaliknya semakin kecil bukaan diafragma maka semakin sedikit cahaya yang masuk. Angka yang biasanya tertera untuk diafragma adalah 1,4 - 2,8 - 4 - 5,6 - 8 - 11 - 16 dan 22. Angka yang besar menunjukkan bukaan diafragma yang kecil dan angka semakin kecil maka bukaan diafragma menjadi besar. Banyaknya angka diafragma dalam suatu lensa tergantung juga pada kemampuan lensa untuk meneruskan cahaya. Misalnya lensa Sudut Lebar/Wide angle dengan susunan lensa sedikit dan pendek akan lebih banyak memasukkan cahaya, biasanya angka diafragma bisa mencapai 1,4 sedangkan pada lensa tele yang susunan lensanya lebih banyak dan panjang biasanya diafragma terendah sekitar 4 atau 5,6. Untuk keperluan khusus ada juga lensa tele dengan diafragma hingga angka 1,4 yang biasanya memiliki lensa yang sangatbesar.
          Diafragma mempunyai efek pada gambar yang disebut Depth of Field atau Ruang Ketajaman. Misalnya dengan menggunakan diafragma 1,4 atau dengan bukaan lebar maka semua benda sebelum dan sesudah obyek akan terlihat buram. Sedangkan pada penggunaan diafragma 22 atau bukaan kecil benda di depan obyek focus dan di belakangnya akan terlihat jelas.
         Mungkin untuk sementara ini hal-hal diataslah yang saya anggap penting untuk diketahui dan kemudian dipahami. sayapun masih dalam tahap belajar dan memahami terhadap teori-teori yang ada juga terus belajar mempraktekannya, karena itu sayapun menyebut diri saya sebagai pemula, karena saya akan  terus belajar sepanjang saya mampu dan punya waktu, karena itu mari kita sama-sama belajar dan berbagi ilmu yang kita ketahui.
        semoga pembahasan ini berguna dan bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya peminat Fotografi

0 komentar:

Posting Komentar

Yang TOP