Sedikit Berbagi Tentang Penggunaan Kamera DSLR.
Fotografi digital
memudahkan kita memahami dunia fotografi, hasil jepretan langsung bisa di
review melalui jendela LCD, sehingga
kita bisa mengevaluasi hasil jepretan,
karena data teknis yg berkaitan dengan Jepretan tadi terlihat dan terekam, berbeda dengan
Fotografi Konvensional, dimana kita harus mencetaknya dulu baru dapat melihat,
mereview dan mengevaluasi hasil jeperetan, data teknis-nya pun kita harus
mencatatnya terlebih dahulu, sehingga butuh banyak biaya dan waktu yg terbuang
untuk bisa memperbaiki kemampuan fotografi kita. Fotografi pada dasarnya hanya
membutuhkan pengalaman yang banyak sehingga secara tidak langsung akhirnya akan
mengetahui tehnik dan istilah dalam Fotografi, Seni Fotografi digital bisa
diibaratkan sebagai melukis dengan cahaya, dalam hal ini kamera dan Lensa yang
menggantikan peran kuas dan cat.Tapi untuk mendapatakan hasil foto yang bagus
dan indah memerlukan teknik dan pengetahuan tentang fotografi, dan pasti
tentang kamera karena itu saya akan sedikit berbagi informasi tentang
Fotografi.
Teknik Dasar Fotografi Digital :
Shutter Speed
Ada
dua hal yg memegang Peranan terpenting dalam kamera dan lensa, yaitu Shutter
Speed dan Aperture. Shutter Speed adalah
lamanya waktu yg diperlukan untuk menyinari sensor CMOS atoCCD pada
kamera digital, dan Film pada kamera konvensional. Pada Kemera tertera
angka-angka 250,125,60,30,15 dst. Ini berarti lamanya penyinaran adalah 1/250
detik, 1/125 detik, 1/60 detik, dst. Semakin besar angkanya berarti semakin
cepat waktu yg digunakan, hal ini akan menciptakan efek diam (freeze), misalnya
kita akan memotret objek yg sedang bergerak, misal mobil, dengan efek diam,
kita memerlukan setidaknya shutter speed diatas 1/125 detik, Sebaliknya bila
kita akan memotret objek tersebut dengan efek bergerak, maka dibutuhkan shutter
speed kurang dari 1/125 detik, sebaiknya dilakukan dengan cara mengikuti arah
gerak objek, hal ini disebut teknik panning, Dua hal diatas tergantung juga
dari kecepatan objek tersebut bergerak, semakin cepat objek bergerak, berarti
semakin tinggi shutter speed yg dibutuhkan agar memperoleh efek diam atau
bergerak yang kita inginkan, Perlu diperhatikan, semakin rendah shutter speed,
akan mengakibatkan semakin besar juga kemungkinan terjadinya camera shaking, yg
akan mengakibatkan hasil jepretan menjadi goyang dan tidak tajam Agar aman,
gunakan shutter speed diatas 30 atau 1/30 detik, kalo memang menginginkan
shutter speed lebih rendah, misal 1/15 detik, 1/8 detik ato yg lebih rendah,
gunakan penyangga ato tripod Setelah Shutter Speed.
Aperture dan ISO
Setelah membahas Shutter Speed pada bagian pertama artikel ini, Elemen
lain yg tidak kalah penting dalam fotografi adalah Aperture, Aperture Adalah
ukuran bukaan lensa yang berfungsi memasukkan dan meneruskan cahaya ke film
atau sensor. ukuran besar kecilnya diatur melalui diafragma. Pada kamera
umumnya tertera 2,8; 4; 5,6 dst. angka2 tersebut dikenal sebagai f-number, jadi
disebut aperture (bukaan) f/2,8; f/4; f/5,6 dst. Semakin besar aperture semakin
kecil fnumbernya dan semakin kecil pula diameter bukaannya, jadi f/16 lebih
kecil diameternya daripada f/5,6 Cara kerja aperture mirip pupil pada mata
manusia, semakin banyak cahaya yang masuk, semakin kecil diameter pupil, begitu
pula sebaliknya. Aperture sangat berhubungan dengan ruang tajam atau depth of
field, semakin besar f-number, misal f/22, rentang ketajaman akan semakin
lebar. Artinya objek di belakang dan di depan fokus utama memiliki ketajaman
yang baik. sebaliknya kita akan mendapatkan efek blur/buram untuk objekdi depan
dan dibelakang fokus utama jika menggunakan
f-number kecil, misal f/2,8 Shutter speed dan aperture harus bersinergi untuk
mendapatkan
exposure yang tepat. Peranan ISO juga penting, semakin
tinggi ISO yang digunakan, maka kepekaan terhadap cahaya pun makin besar,
sehingga pada pencahayaan kurang pun, shutter speed maupun aperture masih dapat
digunakan secara maksimal. Tapi perlu diingat, semakin tinggi ISO yang
digunakan, akan semakin tinggi tingkat noise ataupun grain yang dihasilkan
Untuk mengetahui apakah exposure sudah tepat atau belum, pada kamera digital
ato konvensional tersedia fasilitas metering. Sehingga terjadinya over exposure
(kelebihan pencahayaan) atau under exposure
(kekurangan pencahayaan) dapat diminimalkan.
Setelah teknik dasar dapat dikuasai, berikutnya yg dibutuhkan adalah jam
terbang, karena seni fotografi identik dengan momen, dan momen yg baik tidak
mudah terulang, kepiawaian menentukan komposisi dan sudut ambil gambar dapat
berkembang seiring jam terbang, kemudian perbanyak referensi dari, buku, internet,
maupun sumber2 lain. Bagaimana bagus dan canggihnya sebuah kamera, hanya
merupakan sebuah alat, yg menentukan adalah orang yg berada di belakang kamera
Mencegah Under Exposure
Untuk
camera biasa atau camera saku umumnya pengguna kamera digital saku, mengeluh
hasil foto yg mereka dapatkan cenderung kurang terang (under exposure),
terutama pada flash photography (indoor), ini terutama karena pada kamera jenis
ini hanya mengandalkan built-in flash atau lampu kilat yg rendah intensitas cahaya-nya,
sehingga jangkauan / coverage areanya terbatas, ditambah kebiasaan memotret
pada jarak maximum jangkauan flash sehingga
Yang sering terjadi adalah :
Pada wide angle lens (zoom out max), hanya daerah tengah
saja yg cukup cerah, sementara pd bagian tepi / pojok, cenderung lebih gelap,
ini disebabkan karenaketerbatasan coverage area flash.
Pada lensa tele (zoom in max), cenderung keseluruhan kurang
cerah (under), ini disebabkan pada posisi zoom in, bukaan aperture mengecil,
sehingga lebih banyakdibutuhkan cahaya, akibatnya jangkauan flash memendek.
Untuk
menghindari problem tsb, kita perlu tahu kemampuan flash kamera, umumnya pd
camera saku cuma diberikan data jangkauan max flashnya, misalnya: wide angle: 3
m, tele: 2 m, pd ISO 100. Setiap peningkatan 1 stop/double (ISO 200), jarak
jangkauan max flash tsb meningkat 1,4 kali, pada kenaikan 2 stop/quadruple (ISO
400) jarak max flash meningkat 2 kalinya, sebaliknya bila ISO turun ½ nya (ISO
50) jarak max flash menurun 0,7 kali.
sehingga Untuk mencegah under exposure, usahakan memotret
dlm jarak sebelum / di bawah jangkauan max flash.
Beberapa hal yg harus diperhatikan untuk mencegah Under Exposure :
-Gunakan ISO tertinggi utk kondisi cahaya kurang (low light)
dan atau utk obyek bergerak (foto sport / action), agar obyek cukup tercahayai,
sekaligus “membekukan” gerak. Kelemahan dgn penggunaan ISO tinggi, terutama pd
camera bersensor kecil ini, adalah peningkatan noise. Tapi tingkat noise
ini masih layak cetak utk ukuran kecil (3-4R),
bila anda “alergi” dgn noise / grainy, hindari ISO 800 ke atas, gunakan max ISO
800 untuk siang hari dan 400 max pada malam hari tapi ini juga tergantung
kamera yang digunakan karena ada beberapa kamera yang mempunyai kemampuan lebih
dari itu (rata-rata untuk kamera yang high end).
-Gunakan flash dengan
speed rendah (slow synch flash/rear) agar obyek plus backgroundnya cukup
tercahayai dgn baik. Ini terutama berguna utk night shoot / scene, di mana
background yg gelap, akan cukup tercahayai (cerah), cuma yg perlu diingat,
walau menggunakan blitz, krn pd speed rendah, usahakan menjaga kamera dan
subyek fotonya tetap steady (disarankan menggunakan tripod). Keuntungan
lainnya, semakin rendah speednya, semakin lebih natural warna cahaya asli yg
terekam (misalnya: warna lampu pijar yg lebih warm).
-Gunakan nilai (+) EV (exposure compensation) utk
“mencerahkan” hasil fotokita. Keuntungan dgn cara ini, adalah: peningkatan
kecerahan tdk dibarengi dgn peningkatan noise, krn cara kerjanya adalah dgn
menurunkan speed sampai batas “aman”, di mana speed masih cukup tinggi utk
handheld (kamera dipegang dengan tangan), bila ini masih belum cukup, maka
aperturenya yg akandiperbesar; terkait dgn cara kerjanya, kita harus
memperhitungkan akibatnya, antara lain :
-Semakin besar nilai
(+) EV-nya, semakin rendah speednya, ini tdk cocok utk “membekukan” gerak
obyek, lebih cocok utk still foto.
Bila sampai aperturenya diperbesar, maka DoF (Depth of
Field) nya akan memendek, tapi hal ini jarang, apalagi mengingat kamera saku
digital mempunyai DoF yg “sangat” panjang, kecuali utk foto macro.
Karena kecerahan ini sengaja kita “tambahkan”, maka hindari
penggunaannya utk foto dlm jarak dekat / close-up (1 m atau kurang), utk
menghindari over exposure; lebih berguna utk foto yg mendekati jangkauan max
flashnya, agar tidak under – exposure hasilnya. Seberapa besar nilai (+) EV-nya
(exposure value) ? tergantung berapa cerah foto yg kita inginkan, kondisi
penerangan di lokasi pemotretan, dan jangan lupa sesuaikan dgn ISO setting yg
kita gunakan, utk itu lakukan percobaan dulu utk menentukan nilainya.
-Umumnya
nilai +2/3 – 1 (+0,7 – 1,0) pd ISO 100-200 sudah cukup, pada kondisi tertentu
yg membutuhkan tingkat kecerahan tinggi, mungkin baru cukup pd ISO400
(misalnya: foto group yg terpaksa dilakukan pada jangkauan max flash). Untuk
auto ISO setting, perhatikan range ISO-nya, umumnya antara 100-200, 100-400,
50-150, tergantung merk / type kameranya (walau kamera umumnyacenderung memilih
ISO terendahnya).
Sedikit Tentang Flash
Sekilas jika kita berpikir tentang penggunaan
flash, maka kita akan tahu kalau itu berlaku untuk suasana pemotretan yang
kekurangan cahaya. Karenanya, kita umumnya tidak memikirkan tentang perlunya
penggunaan flash pada pemotretan luar ruangan (siang harie) karena sinar
matahari sudah sangat terang. Di sinilah kesalahan kita (termasuk saya juga)
dimulai. Flash ternyata sangat dibutuhkan pada pemotretan outdoor, terutama
pada:
Kondisi obyek membelakangi matahari. Pada kondisi seperti
ini, meter kamera akan mengira suasana sudah cukup terang sehingga akan
menyebabkan obyek yang difoto tersebut gelap/under karena cahaya kuat tersebut
percuma karena tidak direfleksikan oleh obyek. Cara mengakalinya adalah dengan
melakukan fill in pada obyek sehingga walaupun latar sangatterang tetapi obyek
tetap mendapat cahaya.
Matahari berada di atas langit. Ini akan mengakibatkan
muncul bayangan pada bawah hidung dan dagu. Gunakan flash untuk
menghilangkannya. Untuk melembutkan cahayanya gunakan bounce card atau
diffuser.
Obyek berada pada
open shade (bayangan). Flash digunakan untuk mendapatkan pencahayaan yang sama
pada keseluruhan obyek karena bayangan akan membuat gradasi gelap yang
berbeda-beda pada bagian-bagian obyek apalagi wajah manusia.
Langit sangat biru dan menggoda. Jika kita tidak tergoda
oleh birunya langit dan rela mendapat foto langit putih ketika memotret outdoor
maka silahkan lakukan metering pada obyek tanpa menggunakan flash atau dengan
flash. Jika kita rela obyek kekurangan cahaya asalkan langit biru silahkan
lakukan metering pada langit. Nah, jika kita ingin langit tetap biru sekaligus
obyek tercahayai dengan baik, gunakan metering pada langit dan fill flash pada
obyek. Ini akan menghasilkan perpaduan yang tepat dan pas.
Langit mendung. Ketika langit mendung, jangan segan-segan
gunakan flash karena efek yang ditimbulkan awan mendung akan sama seperti jika
obyek berada pada open shade.
Depth Of Field
Secara harafiah Depth of Field (DOF) berarti kedalaman ruang. Di dunia
fotografi, DOF secara teknis berarti rentang atau variasi jarak antara kamera
dengan subjek foto untuk menghasilkan variasi ketajaman (fokus) gambar yang
masih dapat diterima (tidak blur). Dengan kata lain, DOF digunakan untuk
menunjukkan ruangan tertentu di dalam foto
yang mendapatkan perhatian khusus oleh mata karena adanya
perbedaan ketajaman (fokus) Secara umum, Depth Of Field dipengaruhi oleh 3 hal
yaitu :
1. Jarak fokus utama dari kamera
· Lebar ruang tajam berbanding lurus dengan kuadrat jarak
objek. Jika kita mengubah jarak antara kamera dengan objek sebesar 3x (lebih
jauh – dengan menggeser kamera mundur dari posisi semula) maka lebar ruang
tajam akan
menjadi 9x lebar semula.
2. Bukaan diafragma
· Lebar ruang tajam berbanding lurus dengan diafragma.
Contoh: jika diafragma dinaikkan 2 stop dari f/8 ke f/16, maka lebar ruang
tajam akan menjadi 2x lebar semula.
3. Panjang fokus lensa yang digunakan
· Lebar ruang tajam berbanding terbalik dari kuadrat panjang
fokus. Dengan kata lain, lebar ruang tajam akan menjadi 4x lebar semula jika
kita mengubah lensa dari 100mm ke 50mm (panjang fokus lensa setengah dari
semula). Semakin lebar sudut lensa maka semakin luas daerah ruang tajamnya. Ini
artinya, ketika kamera di-zoom out, objek yang kita shoot akan semakin leluasa
untuk bergerak maju ataupun mundur dalam jarak tertentu dari kamera dan masih
terlihat tajam/fokus. Ruang tajam yang sempit dalam pengambilan gambar
telephoto, disebut juga DoF sempit, sedangkan ruang tajam yang luas dalam
pengambilan gambar wide disebut juga DoF luas. Semakin membuka diafragma,
semakin sempit daerah ruang tajamnya. Ini berarti, mengatur fokus dalam situasi
pencahayaan yang kurang akan lebih problematis
dikarenakan diafragma harus membuka lebar dan objek tidak
akan leluasa untuk bergerak mendekat atau menjauh dari kamera karena akan
keluar dari fokus (out of focus). Kombinasi antara telephoto (zoom in all the
way) dan diafragma yang membuka lebar, akan mengakibatkan ruang tajam yang
sempit. Satu contoh, saat pengambilan gambar telephoto (tight shot) seorang
penyanyi yang melakukan konser pada malam hari dengan pencahayaan yang minim,
kita harus berhati-hati dalam mengatur fokus, karena sedikit saja penyanyi
tersebut bergerak mendekat atau menjauh dari kamera, maka dia akanmudah untuk
keluar dari fokus.
Inti Pembahasan / Rumusan
Untuk
melakukan suatu pemotretan, satu hal yang mutlak diperlukan adalah cahaya. Baik
cahaya yang tampak seperti pemotretan biasa ataupun cahaya yang tidak tampak
seperti dalam pemotretan dengan infra merah atau sinar X untuk rontgen. Jumlah
cahaya yang digunakan untuk membentuk suatu gambar tergantung pada Kepekaan
media (ASA/ISO), Kecepatan/Shutter Speed
dan Diafragma.
Kepekaan media terhadap cahaya (ASA/ISO).
Media yang
dipakai dalam fotografi konvensional adalah suatu lapisan tipis (film) yang
peka terhadap cahaya berupa butiran-butiran halus. Kepekaan terhadap cahaya ini
dikategorikan dengan satuan ASA/ISO. Angka untuk ASA/ISO yang digunakan adalah
25, 50, 100, 200, 400 dan seterusnya yang merupakan kelipatan dari angka
sebelumnya. Semakin besar angka ASA/ISO maka semakin peka terhadap cahaya dan
memiliki butiran yang semakin kasar. Penggunaan ASA/ISO dengan angka yang besar
memungkinkan pemotretan dengan hanya sedikit cahaya seperti dalam ruangan, sore
hari/mendung tetapi mempunyai efek hasil gambar yang kasar terutama dalam
pencetakan gambar yang besar. Sedangkan ASA/ISO yang kecil membutuhkan banyak
cahaya tetapi menghasilkan gambar yanghalus dalam pembesarannya.
Kecepatan/Shutter speed.
Kecepatan/shutter speed adalah suatu
mekanisme di dalam kamera yang mengatur lamanya cahaya yang masuk ke dalam
kamera dalam satuan detik. Angka yang tertera di kamera adalah B, 1, 2, 4, 8,
15, 30, 60, 125, 250, 500 dan
seterusnya yang merupakan kelipatan angka sebelumnya. Angka
maksimal untuk Kecepatan/Shutter speed tergantung pada kemampuan dari kamera
tersebut. Angka-angka tersebut bukanlah angka yang sebenarnya dalam detik
tetapi merupakan penyebut dari pecahan satu per ( 1/x) sehingga dengan angka
yang tertera sebesar 60 maka cahaya yang masuk adalah satu per enam puluh detik
(1/60 detik). Efek yang ditimbulkan pada perubahan Kecepatan terutama pada
benda bergerak. Benda bergerak yang di ambil dengan kecepatan tinggi akan
terlihat diam dan yang diambil dengan Kecepatan rendah akan terlihat garis
memanjang.
Diafragma
Diafragma
adalah suatu mekanisme dalam kamera (lensa) yang mengatur jumlah cahaya yang
masuk ke kamera. Bagian ini terdapat dalam susunan lensa berupa lembaran
membentuk lubang/lingkaran yang bisa berubah ukuran. Semakin besar pembukaan
diafragma maka semakin banyak cahaya yang masuk dan sebaliknya semakin kecil
bukaan diafragma maka semakin sedikit cahaya yang masuk. Angka yang biasanya
tertera untuk diafragma adalah 1,4 - 2,8 - 4 - 5,6 - 8 - 11 - 16 dan 22. Angka
yang besar menunjukkan bukaan diafragma yang kecil dan angka semakin kecil maka
bukaan diafragma menjadi besar. Banyaknya angka diafragma dalam suatu lensa
tergantung juga pada kemampuan lensa untuk meneruskan cahaya. Misalnya lensa
Sudut Lebar/Wide angle dengan susunan lensa sedikit dan pendek akan lebih
banyak memasukkan cahaya, biasanya angka diafragma bisa mencapai 1,4 sedangkan
pada lensa tele yang susunan lensanya lebih banyak dan panjang biasanya
diafragma terendah sekitar 4 atau 5,6. Untuk keperluan khusus ada juga lensa
tele dengan diafragma hingga angka 1,4 yang biasanya memiliki lensa yang
sangatbesar.
Diafragma
mempunyai efek pada gambar yang disebut Depth of Field atau Ruang Ketajaman.
Misalnya dengan menggunakan diafragma 1,4 atau dengan bukaan lebar maka semua
benda sebelum dan sesudah obyek akan terlihat buram. Sedangkan pada penggunaan
diafragma 22 atau bukaan kecil benda di depan obyek focus dan di belakangnya
akan terlihat jelas.
Mungkin untuk
sementara ini hal-hal diataslah yang saya anggap penting untuk diketahui dan
kemudian dipahami. sayapun masih dalam tahap belajar dan memahami terhadap
teori-teori yang ada juga terus belajar mempraktekannya, karena itu sayapun
menyebut diri saya sebagai pemula, karena saya akan terus belajar sepanjang saya mampu dan punya
waktu, karena itu mari kita sama-sama belajar dan berbagi ilmu yang kita
ketahui.
semoga
pembahasan ini berguna dan bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya peminat Fotografi