Minggu, 13 Maret 2011

Mengenal Dynamic Range


Dynamic Range ( Fotografi )
Dynamic range sensor dalam fotografi - pengaruh dynamic range dalam fotografi

Dynamic range adalah istilah yang dipakai di berbagai bidang untuk menjelaskan rasio sekumpulan bilangan dari nilai terbesar dan terkecil. Ukuran yang dipakai adalah rasio, base-10 (decibel), base-2 (doubling, bits dan stops).
Mata manusia memiliki rentang dinamis visual yang sangat tinggi. Mata dapat melihat obyek di siang hari dan obyek yang teriluminasi 1/1.000.000.000 nya dengan jelas, walaupun untuk itu mata membutuhkan waktu penyesuaian. Hingga saat ini, peralatan elektronik masih belum dapat mendekati rentang dinamis visual manusia, sebagai contoh, layar LCD yang bermutu memiliki rentang dinamis 1000:1 (contrast ratio adalah nama komersial rentang dinamis, yang berarti kapasitas rasio luminasi antara nilai maksimum dan minimumnya), beberapa sensor CMOS muktahir saat ini memiliki rasio 11.000:1.

Eksposure sebagai tingkat visibilitas
Pada bidang fotografi, Rentang dinamis adalah rasio rentang luminasi cahaya yang dapat direkam sensor kamera dari seluruh rentang luminasi cahaya subyek. eksposure pada tingkat iluminasi yang sama di atas di atas focal plane dapat menghasilkan foto dengan efek luminasi yang berbeda karena respon sensor kamera yang berbeda pada nilai ISO ratingnya. Efek luminasi itu juga disebut pajanan, sebutan populer lain adalah imposure atau light value atau brightness value atau level of exposure atau exposure altitude atau exposure range yang menunjukkan tingkat visibilitas subyek fotografi.


[Image]
Sunflower image
[Image]
Histogram of Sunflower image



Rentang dinamis sensor kamera digital dipetakan menjadi sebuah grafis histogram.[1] Sumbu axis horisontal merupakan deret logaritmik dari nilai luminasi relatif yang terekam oleh sensor kamera. Sumbu ordinat vertikal menunjukkan nilai pajanan beserta nilai tonalnya dari masing-masing piksel warna foto pada setiap tingkat luminasi yang terekam.[2] Relasi antara pajanan dan tonal ditetapkan menurut rumus Luma (Rec. 601 luma co-efficients).
 Y = 0.299 R + 0.587 G + 0.114 B \,
di mana:
  • Y adalah nilai pajanan
  • R adalah nilai tonal warna merah
  • G adalah nilai tonal warna hijau
  • B adalah nilai tonal warna biru

Pseudo-HDR imaging
Pseudo-HDR adalah teknik citragrafi yang memetakan (tone mapping) tiap nilai tonal di sepanjang rentang luminasi ke arah mid-tone tanpa melakukan penyambungan sumbu luminasi (stacking).
Subyek fotografi yang mempunyai rentang luminasi yang lebih lebar daripada kapasitas rasio kontras yang dimiliki oleh sensor kamera selalu mempunyai area dengan nilai tonal yang under-imposed. Pada histogram, area ini dapat dikenali garis grafik yang mendatar di batas atas sumbu ordinat dan mempunyai pajanan maksimum, namun:
  • under-exposed pada batas minimum (black point) rentang luminasi sisi shadow
  • over-exposed pada batas maksimum (white point) rentang luminasi sisi highlight
  • sekedar under-imposed di sembarang nilai luminasi karena memiliki nilai pajanan atau tonal yang maksimal atau melebih batas atas sumbu ordinat
Sebagai contoh, langit yang berwarna biru tampak sebagai warna putih karena intensitas warna yang tinggi atau, subyek dalam remang cahaya terlihat sebagai warna hitam karena intensitas warna yang sangat rendah. Sebuah warna dengan panjang gelombang 600nM dengan intensitas/radian tertentu, dapat terlihat sebagai warna putih pada ISO rating yang tinggi dan terlihat sebagai warna hitam pada ISO rating yang rendah.
Pada tabel berikut dapat terlihat bahwa rentang linear EV bersifat logaritmik terhadap luminasi.
Exposure value vs. luminance (ISO 100, K = 12.5) and illuminance (ISO 100, C = 250)
EV
Luminance,
cd/m2
Illuminance,
lx
−4
0.008
0.156
−3
0.016
0.313
−2
0.031
0.625
−1
0.063
1.25
0
0.125
2.5
1
0.25
5
2
0.5
10
3
1
20
4
2
40
5
4
80
6
8
160
7
16
320
8
32
640
9
64
1280
10
128
2560
11
256
5120
12
512
10,240
13
1024
20,480
14
2048
40,960
15
4096
81,920
16
8192
163,840
Rentang iluminasi logaritmik dipetakan menjadi sekitar 13,5 stops dan pada 14 bit ADC (Analog to Digital Converter) menjadi 16.385 deret.[3]

Pseudo-HDR hanya membutuhkan 1 foto induk dan menghasilkan foto dengan rentang luminasi yang sama lebar.

High dynamic range imaging
High dynamic range imaging adalah teknik citragrafi dengan penyambungan stacking beberapa sumbu luminasi untuk mendapatkan seluruh nilai tonal dari rentang luminasi subyek yang mempunyai rasio kontras yang lebih lebar dan kontinu.
Untuk menghasilkan foto HDRI, digunakan teknik exposure bracketing dengan sampling ev, misalnya pada -4ev, -2ev, 0ev, +2ev, +4v. Hasil berupa beberapa foto kemudian digabungkan dengan algoritma exposure stacking menjadi sebuah foto dengan rentang dinamis yang lebih lebar. Pada histogram, foto ini memiliki sumbu axis lebih lebar daripada foto-foto induknya. Algoritma exposure stacking memerlukan 2 buah foto induk, masing-masing mempunyai histogram dengan sekitar 1/3 sisi:
  • shadow pada nilai pajanan 0 untuk mendapatkan nilai mid-tone subyek tergelap
  • highlight pada nilai pajanan 0 untuk mendapatkan nilai mid-tone subyek terterang
guna memperbaiki kurva tonal area under-exposed dan over-exposed.


Photographs
[Image]
–4 stops
[Image]
–2 stops


Photographs
[Image]
+2 stops
[Image]
+4 stops



Merged to HDR then reduced to LDR

[Image]
Simple contrast reduction
[Image]
Local tone mapping

Tentang Exposure


exposure

Mengenal lebih jauh tentang exposure dalam fotografi dan teknik kamera

Exposure adalah istilah dalam fotografi yang mengacu kepada banyaknya cahaya yang jatuh ke medium (film atau sensor gambar) dalam proses pengambilan foto.
Untuk membantu fotografer mendapat setting paling tepat untuk Exposure, digunakan lightmeter. Lightmeter, yang biasanya sudah ada di dalam kamera, akan mengukur intensitas cahaya yang masuk ke dalam kamera. Sehingga didapat Exposure normal.

Hal-hal yang mempengaruhi Exposure

Exposure dipengaruhi oleh tujuh hal, yaitu:
1.     Jenis dan intensitas sumber cahaya
2.     Respon benda terhadap cahaya
3.     Jarak kamera dengan benda
4.     Shutter speed.
5.     Bukaan.
6.     Ukuran ISO/ASA film yang digunakan.
7.     Penggunaan filter tertentu.

Pengaruh tingkat Exposure

Tingkat Exposure akan mempengaruhi tingkat keterangan foto secara keseluruhan.
Selain itu, respon tiap benda di dalam satu karya fotografi akan berbeda, sehingga dengan pengolahan yang tepat fotografer bisa mengatur emphasis yang dihasilkan.

Exposure tidak normal

Ada dua jenis Exposure tidak normal yang sering ditemui di dalam karya fotografi, yaitu over eksposure dan under exposure.
Overexposure adalah keadaan foto yang dipajan lebih lama dari yang diinstruksikanlightmeter atau subjek yang ditangkap lebih terang dari sebenarnya. Sementaraunder exposure adalah keadaan sebaliknya.
Tidak ada ukuran benar atau salah untuk penentuan Exposure. Seluruhnya tergantung tingkat emphasis dan hasil foto yang diinginkan fotografer.

Nilai Exposure

Seperti kita ketahui bahwa cahaya luar akan diteruskan oleh lensa menuju ke atas focal plane. Dalam perjalanannya, cahaya tersebut melewati rintangan-rintangan optik sepanjang jajaran lensa dan sebagian darinya akan diredam (karena tidak mempunyai amplitudo/intensitas yang cukup siknifikan), atau terpantul oleh permukaan tiap-tiap jajaran lensa hingga mempengaruhi akurasi warna pada hasil foto akhir, menimbulkan efek flare atau ghosting artifact/motion blur; sebagai akibat dari sifat lensa yang meneruskan, membiaskan, meredam, memantulkan cahaya.
Ini berarti bahwa, walaupun lensa-lensa komersial telah ditera berdasarkan standar CCI (Colour Contribution Index) yang ditetapkan oleh IOS (International Organization for Standardization), penggunaan bahan gelas/kaca yang berbeda untuk tiap-tiap lensa beserta jenis coating yang dipakai akan berpengaruh pada lebar spektrum dan intensitas cahaya yang sampai ke permukaan focal plane.
Pada sekitar tahun 1950, konsep mengenai en:exposure value dikembangkan di Jerman untuk menyederhanakan pengukuran cahaya yang jatuh ke atas focal plane dengan menghilangkan parameter lensa untuk mendefinisikan nilai Exposure yang absolut menjadi relatif.
Nilai Exposure absolut menurut standar fotometri didefinisikan sebagai daya pendar (, bukan intensitas) cahaya yang terjadi di atas focal plane pada rentang waktu tertentu, dirumus: [1]



H = Et \,

di mana:
  • H adalah nilai Exposure/luminous exposure (lux detik)
  • E adalah tingkat iluminasi pada focal plane (lux)
  • t adalah rentang waktu iluminasi (detik)
Nilai Exposure relatif yang lebih sering dipakai dalam fotografi didefinisikan dari parameter kamera yang berpengaruh terhadap tingkat iluminasi pada focal plane, yaitu en:aperture dan en:shutter speed. Rumus yang digunakan adalah:
\mathrm {EV} = \log_2 {\frac {N^2} {t} } \,,


di mana:
  • EV adalah nilai Exposure (stop)
  • N adalah nilai aperture (f-number)
  • t adalah nilai shutter speed/rentang waktu iluminasi (detik)
Nilai Exposure serupa menurut proposal standar sistem APEX (Additive system of Photographic Exposure) dari ASA (American Standards Association) adalah penyederhanaan formulasi logaritmik di atas menjadi aritmatik:
E_v = A_v + T_v \,,

di mana: Av (nilai aperture) and Tv (nilai rentang waktu iluminasi) didefinisikan:
Av = log2 A2
dan
Tv = log2
(1/T) \,,



dengan
  • A adalah nilai aperture (f-number)
  • T adalah rentang waktu iluminasi/shutter speed (detik)
  • Ev adalah nilai Exposure (stop)
  • Av adalah nilai f-stop (stop)
  • Tv adalah nilai shutter-stop (stop)


Nilai Exposure yang menunjukkan tingkat iluminasi, baik absolut maupun relatif, tidak mewakili tingkat visibilitas pada akhir foto, sehingga pada kamera biasanya dilengkapi dengan exposure meter indicator yang berfungsi sebagai panduan untuk menentukan mid-tone pada setiap ISO setting dari tiap-tiap area metering, misalnya: spot, matriks, dll.

Exposure bracketing

[Image]
[Image]
Fast shutter speed, short exposure
[Image]




Slow shutter speed, long exposure
Definisi f-stop sesuai rumus di atas adalah nilai logaritmik dari f-number namun sering kita jumpai penyebutan f-stop dengan penggunaan nilai f-number, yang lebih populer daripada penyebutan shutter stop dengan penggunaan nilai shutter speed. Penyebutan f-stop tersebut dimaksudkan untuk teknik exposure bracketing dengan f-number yang disebutkan dan nilai shutter divariasi pada area mid-tone untuk menghasilkan nilai Exposure relatif misalnya -4ev, -2ev, 0ev, +2ev, +4ev. Penggunaan bracketing semacam ini populer pada fotografi HDR untuk menghindari ghosting artifact akibat perbedaan DOF (depth of field) dari beberapa nilai f-number.
Exposure bracketing juga dapat dilakukan dengan menaikkan shutter 1 stop dan menurunkan f-number 1 stop untuk mendapatkan nilai Exposure yang sama. Hasil foto untuk bracketing semacam ini dapat menimbulkan motion blur akibat perbedaan penggunaan shutter speed, seperti tampak pada gambar di samping.

Exposure sebagai tingkat visibilitas

Tingkat iluminasi yang terjadi di atas focal plane, walaupun bernilai sama, dapat menghasilkan foto dengan efek pencahayaan yang berbeda-beda menurut ISO rating yang digunakan. Dalam bahasa Inggris, Exposure semacam ini tidak disebut sebagai exposure, melainkan sebagai imposure atau dynamic range atau light value atau brightness value atau level of exposure. Keadaan tingkat visibilitas rendah disebut under-imposed, yang dapat terjadi karena over-exposed atau under-exposed.

Referensi

Wikipedia


inpo : http://agoeztdoank.blogspot.com/2011/03/tentang-exposure.html

Sabtu, 12 Maret 2011

PENGGUNAAN KAMERA DSLR

Sedikit Berbagi Tentang Penggunaan Kamera DSLR.
Fotografi digital memudahkan kita memahami dunia fotografi, hasil jepretan langsung bisa di review melalui  jendela LCD, sehingga kita bisa mengevaluasi hasil jepretan,  karena data teknis yg berkaitan dengan Jepretan tadi  terlihat dan terekam, berbeda dengan Fotografi Konvensional, dimana kita harus mencetaknya dulu baru dapat melihat, mereview dan mengevaluasi hasil jeperetan, data teknis-nya pun kita harus mencatatnya terlebih dahulu, sehingga butuh banyak biaya dan waktu yg terbuang untuk bisa memperbaiki kemampuan fotografi kita. Fotografi pada dasarnya hanya membutuhkan pengalaman yang banyak sehingga secara tidak langsung akhirnya akan mengetahui tehnik dan istilah dalam Fotografi, Seni Fotografi digital bisa diibaratkan sebagai melukis dengan cahaya, dalam hal ini kamera dan Lensa yang menggantikan peran kuas dan cat.Tapi untuk mendapatakan hasil foto yang bagus dan indah memerlukan teknik dan pengetahuan tentang fotografi, dan pasti tentang kamera karena itu saya akan sedikit berbagi informasi tentang Fotografi.

Teknik Dasar Fotografi Digital :
Shutter Speed
                 Ada dua hal yg memegang Peranan terpenting dalam kamera dan lensa, yaitu Shutter Speed dan Aperture. Shutter Speed adalah  lamanya waktu yg diperlukan untuk menyinari sensor CMOS atoCCD pada kamera digital, dan Film pada kamera konvensional. Pada Kemera tertera angka-angka 250,125,60,30,15 dst. Ini berarti lamanya penyinaran adalah 1/250 detik, 1/125 detik, 1/60 detik, dst. Semakin besar angkanya berarti semakin cepat waktu yg digunakan, hal ini akan menciptakan efek diam (freeze), misalnya kita akan memotret objek yg sedang bergerak, misal mobil, dengan efek diam, kita memerlukan setidaknya shutter speed diatas 1/125 detik, Sebaliknya bila kita akan memotret objek tersebut dengan efek bergerak, maka dibutuhkan shutter speed kurang dari 1/125 detik, sebaiknya dilakukan dengan cara mengikuti arah gerak objek, hal ini disebut teknik panning, Dua hal diatas tergantung juga dari kecepatan objek tersebut bergerak, semakin cepat objek bergerak, berarti semakin tinggi shutter speed yg dibutuhkan agar memperoleh efek diam atau bergerak yang kita inginkan, Perlu diperhatikan, semakin rendah shutter speed, akan mengakibatkan semakin besar juga kemungkinan terjadinya camera shaking, yg akan mengakibatkan hasil jepretan menjadi goyang dan tidak tajam Agar aman, gunakan shutter speed diatas 30 atau 1/30 detik, kalo memang menginginkan shutter speed lebih rendah, misal 1/15 detik, 1/8 detik ato yg lebih rendah, gunakan penyangga ato tripod Setelah Shutter Speed.

Aperture dan ISO
                 Setelah membahas Shutter Speed pada bagian pertama artikel ini, Elemen lain yg tidak kalah penting dalam fotografi adalah Aperture, Aperture Adalah ukuran bukaan lensa yang berfungsi memasukkan dan meneruskan cahaya ke film atau sensor. ukuran besar kecilnya diatur melalui diafragma. Pada kamera umumnya tertera 2,8; 4; 5,6 dst. angka2 tersebut dikenal sebagai f-number, jadi disebut aperture (bukaan) f/2,8; f/4; f/5,6 dst. Semakin besar aperture semakin kecil fnumbernya dan semakin kecil pula diameter bukaannya, jadi f/16 lebih kecil diameternya daripada f/5,6 Cara kerja aperture mirip pupil pada mata manusia, semakin banyak cahaya yang masuk, semakin kecil diameter pupil, begitu pula sebaliknya. Aperture sangat berhubungan dengan ruang tajam atau depth of field, semakin besar f-number, misal f/22, rentang ketajaman akan semakin lebar. Artinya objek di belakang dan di depan fokus utama memiliki ketajaman yang baik. sebaliknya kita akan mendapatkan efek blur/buram untuk objekdi depan dan dibelakang fokus utama jika  menggunakan f-number kecil, misal f/2,8 Shutter speed dan aperture harus bersinergi untuk mendapatkan
exposure yang tepat. Peranan ISO juga penting, semakin tinggi ISO yang digunakan, maka kepekaan terhadap cahaya pun makin besar, sehingga pada pencahayaan kurang pun, shutter speed maupun aperture masih dapat digunakan secara maksimal. Tapi perlu diingat, semakin tinggi ISO yang digunakan, akan semakin tinggi tingkat noise ataupun grain yang dihasilkan Untuk mengetahui apakah exposure sudah tepat atau belum, pada kamera digital ato konvensional tersedia fasilitas metering. Sehingga terjadinya over exposure (kelebihan pencahayaan) atau under exposure  (kekurangan pencahayaan) dapat diminimalkan.
                 Setelah teknik dasar dapat dikuasai, berikutnya yg dibutuhkan adalah jam terbang, karena seni fotografi identik dengan momen, dan momen yg baik tidak mudah terulang, kepiawaian menentukan komposisi dan sudut ambil gambar dapat berkembang seiring jam terbang, kemudian perbanyak referensi dari, buku, internet, maupun sumber2 lain. Bagaimana bagus dan canggihnya sebuah kamera, hanya merupakan sebuah alat, yg menentukan adalah orang yg berada di belakang kamera

Mencegah Under Exposure

                Untuk camera biasa atau camera saku umumnya pengguna kamera digital saku, mengeluh hasil foto yg mereka dapatkan cenderung kurang terang (under exposure), terutama pada flash photography (indoor), ini terutama karena pada kamera jenis ini hanya mengandalkan built-in flash atau lampu kilat yg rendah intensitas cahaya-nya, sehingga jangkauan / coverage areanya terbatas, ditambah kebiasaan memotret pada jarak maximum jangkauan flash sehingga
Yang sering terjadi adalah :
Pada wide angle lens (zoom out max), hanya daerah tengah saja yg cukup cerah, sementara pd bagian tepi / pojok, cenderung lebih gelap, ini disebabkan karenaketerbatasan coverage area flash.
Pada lensa tele (zoom in max), cenderung keseluruhan kurang cerah (under), ini disebabkan pada posisi zoom in, bukaan aperture mengecil, sehingga lebih banyakdibutuhkan cahaya, akibatnya jangkauan flash memendek.
               Untuk menghindari problem tsb, kita perlu tahu kemampuan flash kamera, umumnya pd camera saku cuma diberikan data jangkauan max flashnya, misalnya: wide angle: 3 m, tele: 2 m, pd ISO 100. Setiap peningkatan 1 stop/double (ISO 200), jarak jangkauan max flash tsb meningkat 1,4 kali, pada kenaikan 2 stop/quadruple (ISO 400) jarak max flash meningkat 2 kalinya, sebaliknya bila ISO turun ½ nya (ISO 50) jarak max flash menurun 0,7 kali.
sehingga Untuk mencegah under exposure, usahakan memotret dlm jarak sebelum / di bawah jangkauan max flash.

Beberapa hal yg harus diperhatikan untuk mencegah Under Exposure :
-Gunakan ISO tertinggi utk kondisi cahaya kurang (low light) dan atau utk obyek bergerak (foto sport / action), agar obyek cukup tercahayai, sekaligus “membekukan” gerak. Kelemahan dgn penggunaan ISO tinggi, terutama pd camera bersensor kecil ini, adalah peningkatan noise. Tapi tingkat noise ini  masih layak cetak utk ukuran kecil (3-4R), bila anda “alergi” dgn noise / grainy, hindari ISO 800 ke atas, gunakan max ISO 800 untuk siang hari dan 400 max pada malam hari tapi ini juga tergantung kamera yang digunakan karena ada beberapa kamera yang mempunyai kemampuan lebih dari itu (rata-rata untuk kamera yang high end).
-Gunakan flash dengan speed rendah (slow synch flash/rear) agar obyek plus backgroundnya cukup tercahayai dgn baik. Ini terutama berguna utk night shoot / scene, di mana background yg gelap, akan cukup tercahayai (cerah), cuma yg perlu diingat, walau menggunakan blitz, krn pd speed rendah, usahakan menjaga kamera dan subyek fotonya tetap steady (disarankan menggunakan tripod). Keuntungan lainnya, semakin rendah speednya, semakin lebih natural warna cahaya asli yg terekam (misalnya: warna lampu pijar yg lebih warm).
-Gunakan nilai (+) EV (exposure compensation) utk “mencerahkan” hasil fotokita. Keuntungan dgn cara ini, adalah: peningkatan kecerahan tdk dibarengi dgn peningkatan noise, krn cara kerjanya adalah dgn menurunkan speed sampai batas “aman”, di mana speed masih cukup tinggi utk handheld (kamera dipegang dengan tangan), bila ini masih belum cukup, maka aperturenya yg akandiperbesar; terkait dgn cara kerjanya, kita harus memperhitungkan akibatnya, antara lain :
-Semakin besar nilai (+) EV-nya, semakin rendah speednya, ini tdk cocok utk “membekukan” gerak obyek, lebih cocok utk still foto.
Bila sampai aperturenya diperbesar, maka DoF (Depth of Field) nya akan memendek, tapi hal ini jarang, apalagi mengingat kamera saku digital mempunyai DoF yg “sangat” panjang, kecuali utk foto macro.
Karena kecerahan ini sengaja kita “tambahkan”, maka hindari penggunaannya utk foto dlm jarak dekat / close-up (1 m atau kurang), utk menghindari over exposure; lebih berguna utk foto yg mendekati jangkauan max flashnya, agar tidak under – exposure hasilnya. Seberapa besar nilai (+) EV-nya (exposure value) ? tergantung berapa cerah foto yg kita inginkan, kondisi penerangan di lokasi pemotretan, dan jangan lupa sesuaikan dgn ISO setting yg kita gunakan, utk itu lakukan percobaan dulu utk menentukan nilainya.
-Umumnya nilai +2/3 – 1 (+0,7 – 1,0) pd ISO 100-200 sudah cukup, pada kondisi tertentu yg membutuhkan tingkat kecerahan tinggi, mungkin baru cukup pd ISO400 (misalnya: foto group yg terpaksa dilakukan pada jangkauan max flash). Untuk auto ISO setting, perhatikan range ISO-nya, umumnya antara 100-200, 100-400, 50-150, tergantung merk / type kameranya (walau kamera umumnyacenderung memilih ISO terendahnya).

Sedikit Tentang Flash
                  Sekilas jika kita berpikir tentang penggunaan flash, maka kita akan tahu kalau itu berlaku untuk suasana pemotretan yang kekurangan cahaya. Karenanya, kita umumnya tidak memikirkan tentang perlunya penggunaan flash pada pemotretan luar ruangan (siang harie) karena sinar matahari sudah sangat terang. Di sinilah kesalahan kita (termasuk saya juga) dimulai. Flash ternyata sangat dibutuhkan pada pemotretan outdoor, terutama pada:
Kondisi obyek membelakangi matahari. Pada kondisi seperti ini, meter kamera akan mengira suasana sudah cukup terang sehingga akan menyebabkan obyek yang difoto tersebut gelap/under karena cahaya kuat tersebut percuma karena tidak direfleksikan oleh obyek. Cara mengakalinya adalah dengan melakukan fill in pada obyek sehingga walaupun latar sangatterang tetapi obyek tetap mendapat cahaya.
Matahari berada di atas langit. Ini akan mengakibatkan muncul bayangan pada bawah hidung dan dagu. Gunakan flash untuk menghilangkannya. Untuk melembutkan cahayanya gunakan bounce card atau diffuser.
Obyek berada pada open shade (bayangan). Flash digunakan untuk mendapatkan pencahayaan yang sama pada keseluruhan obyek karena bayangan akan membuat gradasi gelap yang berbeda-beda pada bagian-bagian obyek apalagi wajah manusia.
Langit sangat biru dan menggoda. Jika kita tidak tergoda oleh birunya langit dan rela mendapat foto langit putih ketika memotret outdoor maka silahkan lakukan metering pada obyek tanpa menggunakan flash atau dengan flash. Jika kita rela obyek kekurangan cahaya asalkan langit biru silahkan lakukan metering pada langit. Nah, jika kita ingin langit tetap biru sekaligus obyek tercahayai dengan baik, gunakan metering pada langit dan fill flash pada obyek. Ini akan menghasilkan perpaduan yang tepat dan pas.
Langit mendung. Ketika langit mendung, jangan segan-segan gunakan flash karena efek yang ditimbulkan awan mendung akan sama seperti jika obyek berada pada open shade.
Depth Of Field

                   Secara harafiah Depth of Field (DOF) berarti kedalaman ruang. Di dunia fotografi, DOF secara teknis berarti rentang atau variasi jarak antara kamera dengan subjek foto untuk menghasilkan variasi ketajaman (fokus) gambar yang masih dapat diterima (tidak blur). Dengan kata lain, DOF digunakan untuk menunjukkan ruangan tertentu di dalam foto
yang mendapatkan perhatian khusus oleh mata karena adanya perbedaan ketajaman (fokus) Secara umum, Depth Of Field dipengaruhi oleh 3 hal yaitu :
1. Jarak fokus utama dari kamera
· Lebar ruang tajam berbanding lurus dengan kuadrat jarak objek. Jika kita mengubah jarak antara kamera dengan objek sebesar 3x (lebih jauh – dengan menggeser kamera mundur dari posisi semula) maka lebar ruang tajam akan
menjadi 9x lebar semula.
2. Bukaan diafragma
· Lebar ruang tajam berbanding lurus dengan diafragma. Contoh: jika diafragma dinaikkan 2 stop dari f/8 ke f/16, maka lebar ruang tajam akan menjadi 2x lebar semula.
3. Panjang fokus lensa yang digunakan
· Lebar ruang tajam berbanding terbalik dari kuadrat panjang fokus. Dengan kata lain, lebar ruang tajam akan menjadi 4x lebar semula jika kita mengubah lensa dari 100mm ke 50mm (panjang fokus lensa setengah dari semula). Semakin lebar sudut lensa maka semakin luas daerah ruang tajamnya. Ini artinya, ketika kamera di-zoom out, objek yang kita shoot akan semakin leluasa untuk bergerak maju ataupun mundur dalam jarak tertentu dari kamera dan masih terlihat tajam/fokus. Ruang tajam yang sempit dalam pengambilan gambar telephoto, disebut juga DoF sempit, sedangkan ruang tajam yang luas dalam pengambilan gambar wide disebut juga DoF luas. Semakin membuka diafragma, semakin sempit daerah ruang tajamnya. Ini berarti, mengatur fokus dalam situasi pencahayaan yang kurang akan lebih problematis
dikarenakan diafragma harus membuka lebar dan objek tidak akan leluasa untuk bergerak mendekat atau menjauh dari kamera karena akan keluar dari fokus (out of focus). Kombinasi antara telephoto (zoom in all the way) dan diafragma yang membuka lebar, akan mengakibatkan ruang tajam yang sempit. Satu contoh, saat pengambilan gambar telephoto (tight shot) seorang penyanyi yang melakukan konser pada malam hari dengan pencahayaan yang minim, kita harus berhati-hati dalam mengatur fokus, karena sedikit saja penyanyi tersebut bergerak mendekat atau menjauh dari kamera, maka dia akanmudah untuk keluar dari fokus.

Inti Pembahasan / Rumusan
                Untuk melakukan suatu pemotretan, satu hal yang mutlak diperlukan adalah cahaya. Baik cahaya yang tampak seperti pemotretan biasa ataupun cahaya yang tidak tampak seperti dalam pemotretan dengan infra merah atau sinar X untuk rontgen. Jumlah cahaya yang digunakan untuk membentuk suatu gambar tergantung pada Kepekaan media  (ASA/ISO), Kecepatan/Shutter Speed dan Diafragma.
Kepekaan media terhadap cahaya (ASA/ISO).
           Media yang dipakai dalam fotografi konvensional adalah suatu lapisan tipis (film) yang peka terhadap cahaya berupa butiran-butiran halus. Kepekaan terhadap cahaya ini dikategorikan dengan satuan ASA/ISO. Angka untuk ASA/ISO yang digunakan adalah 25, 50, 100, 200, 400 dan seterusnya yang merupakan kelipatan dari angka sebelumnya. Semakin besar angka ASA/ISO maka semakin peka terhadap cahaya dan memiliki butiran yang semakin kasar. Penggunaan ASA/ISO dengan angka yang besar memungkinkan pemotretan dengan hanya sedikit cahaya seperti dalam ruangan, sore hari/mendung tetapi mempunyai efek hasil gambar yang kasar terutama dalam pencetakan gambar yang besar. Sedangkan ASA/ISO yang kecil membutuhkan banyak cahaya tetapi menghasilkan gambar yanghalus dalam pembesarannya.
Kecepatan/Shutter speed.
           Kecepatan/shutter speed adalah suatu mekanisme di dalam kamera yang mengatur lamanya cahaya yang masuk ke dalam kamera dalam satuan detik. Angka yang tertera di kamera adalah B, 1, 2, 4, 8, 15, 30, 60, 125, 250, 500 dan
seterusnya yang merupakan kelipatan angka sebelumnya. Angka maksimal untuk Kecepatan/Shutter speed tergantung pada kemampuan dari kamera tersebut. Angka-angka tersebut bukanlah angka yang sebenarnya dalam detik tetapi merupakan penyebut dari pecahan satu per ( 1/x) sehingga dengan angka yang tertera sebesar 60 maka cahaya yang masuk adalah satu per enam puluh detik (1/60 detik). Efek yang ditimbulkan pada perubahan Kecepatan terutama pada benda bergerak. Benda bergerak yang di ambil dengan kecepatan tinggi akan terlihat diam dan yang diambil dengan Kecepatan rendah akan terlihat garis memanjang.
Diafragma
         Diafragma adalah suatu mekanisme dalam kamera (lensa) yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke kamera. Bagian ini terdapat dalam susunan lensa berupa lembaran membentuk lubang/lingkaran yang bisa berubah ukuran. Semakin besar pembukaan diafragma maka semakin banyak cahaya yang masuk dan sebaliknya semakin kecil bukaan diafragma maka semakin sedikit cahaya yang masuk. Angka yang biasanya tertera untuk diafragma adalah 1,4 - 2,8 - 4 - 5,6 - 8 - 11 - 16 dan 22. Angka yang besar menunjukkan bukaan diafragma yang kecil dan angka semakin kecil maka bukaan diafragma menjadi besar. Banyaknya angka diafragma dalam suatu lensa tergantung juga pada kemampuan lensa untuk meneruskan cahaya. Misalnya lensa Sudut Lebar/Wide angle dengan susunan lensa sedikit dan pendek akan lebih banyak memasukkan cahaya, biasanya angka diafragma bisa mencapai 1,4 sedangkan pada lensa tele yang susunan lensanya lebih banyak dan panjang biasanya diafragma terendah sekitar 4 atau 5,6. Untuk keperluan khusus ada juga lensa tele dengan diafragma hingga angka 1,4 yang biasanya memiliki lensa yang sangatbesar.
          Diafragma mempunyai efek pada gambar yang disebut Depth of Field atau Ruang Ketajaman. Misalnya dengan menggunakan diafragma 1,4 atau dengan bukaan lebar maka semua benda sebelum dan sesudah obyek akan terlihat buram. Sedangkan pada penggunaan diafragma 22 atau bukaan kecil benda di depan obyek focus dan di belakangnya akan terlihat jelas.
         Mungkin untuk sementara ini hal-hal diataslah yang saya anggap penting untuk diketahui dan kemudian dipahami. sayapun masih dalam tahap belajar dan memahami terhadap teori-teori yang ada juga terus belajar mempraktekannya, karena itu sayapun menyebut diri saya sebagai pemula, karena saya akan  terus belajar sepanjang saya mampu dan punya waktu, karena itu mari kita sama-sama belajar dan berbagi ilmu yang kita ketahui.
        semoga pembahasan ini berguna dan bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya peminat Fotografi

Jumat, 04 Maret 2011

Gedung Segitiga Anti Badai


Terinspirasi musibah badai Katrina, NOAH akan menjadi solusi bangunan urban di New Orleans.
Kenangan pahit di masa lalu memang bisa menjadi pelajaran yang berharga untuk memperbaiki masa depan. Ini mungkin yang akan terjadi pada kota New Orleans, Louisiana, Amerika Serikat, yang terkena musibah hebat Badai Katrina pada 2005.
Kini, sekelompok desainer dari Boston berupaya membangun kembali New Orleans dengan membuat sebuah gedung jangkung bergaya futuristik yang diklaim kebal terhadap serangan badai serupa. Mereka telah menyerahkan proposal untuk mendirikan bangunan raksasa itu di pinggiran Sungai Mississippi. Bangunan yang diberi nama New Orleans Arcology Habitat atau disingkat NOAH, itu memiliki tinggi 1.200ft (365,76 meter), dengan luas 2.787.091,2 meter persegi dan mampu menampung hingga 40 ribu orang penghuni.
NOAH akan menyediakan berbagai fasilitas yang dimiliki oleh sebuah kota, meliputi hotel, pertokoan, kasino, bahkan sekolah. Bangunan ini mengambil bentuk segitiga karena didesain khusus untuk menerima efek daya rusak yang minimal dan bisa melewatkan terjangan badai.
"Solusi kami adalah untuk mengatasi berbagai tantangan dan mengambil keuntungan dari konflik yang dialami oleh bangunan urban yang mengapung," kata Kevin Schopfer desainer konsep bangunan ini, seperti dikutip dari situs DailyMail.
Tantangan pertama, kata Schopfer, adalah menemukan cara agar bangunan bisa bertahan dari kerusakan fisik dan psikologis akibat cuaca yang tak bersahabat. Selain itu, bagaimana agar kota bisa tetap menyediakan lingkungan yang aman dan stabil dalam hal ekonomi. Tantangan lainnya adalah karena kota New Orleans berada di atas struktur tanah yang lunak, berupa endapan lumpur dan tanah lempung. Tak hanya itu, sebagian kota ini juga memiliki ketinggian di bawah permukaan air laut sehingga sangat rawan terhadap banjir. Namun, struktur yang dirancang untuk NOAH ternyata tak cuma cocok untuk New Orleans. Schopfer percaya, bangunan ini bisa diterapkan di wilayah pantai urban manapun. "NOAH bisa menjadi bagian terdepan dari era baru pertumbuhan urban." (umi)


Yang TOP