Rentang dinamis sensor kamera
digital dipetakan menjadi sebuah grafis histogram.[1] Sumbu axis horisontal
merupakan deret logaritmik dari nilai luminasi relatif yang terekam oleh sensor
kamera. Sumbu ordinat vertikal menunjukkan nilai pajanan beserta nilai tonalnya
dari masing-masing piksel warna foto pada setiap tingkat luminasi yang
terekam.[2] Relasi antara pajanan dan tonal ditetapkan menurut rumus Luma (Rec.
601 luma co-efficients).
di mana:
- Y adalah nilai pajanan
- R adalah nilai tonal warna merah
- G adalah nilai tonal warna hijau
- B adalah nilai tonal warna biru
Pseudo-HDR imaging
Pseudo-HDR adalah teknik citragrafi
yang memetakan (tone mapping) tiap nilai tonal di sepanjang rentang luminasi ke
arah mid-tone tanpa melakukan penyambungan sumbu luminasi (stacking).
Subyek fotografi yang mempunyai
rentang luminasi yang lebih lebar daripada kapasitas rasio kontras yang
dimiliki oleh sensor kamera selalu mempunyai area dengan nilai tonal yang
under-imposed. Pada histogram, area ini dapat dikenali garis grafik yang mendatar
di batas atas sumbu ordinat dan mempunyai pajanan maksimum, namun:
- under-exposed pada batas minimum (black point) rentang
luminasi sisi shadow
- over-exposed pada batas maksimum (white point) rentang
luminasi sisi highlight
- sekedar under-imposed di sembarang nilai luminasi
karena memiliki nilai pajanan atau tonal yang maksimal atau melebih batas
atas sumbu ordinat
Sebagai contoh, langit yang berwarna
biru tampak sebagai warna putih karena intensitas warna yang tinggi atau,
subyek dalam remang cahaya terlihat sebagai warna hitam karena intensitas warna
yang sangat rendah. Sebuah warna dengan panjang gelombang 600nM dengan
intensitas/radian tertentu, dapat terlihat sebagai warna putih pada ISO rating
yang tinggi dan terlihat sebagai warna hitam pada ISO rating yang rendah.
Pada tabel berikut dapat terlihat
bahwa rentang linear EV bersifat logaritmik terhadap luminasi.
Exposure value vs. luminance (ISO 100, K = 12.5) and
illuminance (ISO 100, C = 250)
EV
|
Luminance,
cd/m2
|
Illuminance,
lx
|
−4
|
0.008
|
0.156
|
−3
|
0.016
|
0.313
|
−2
|
0.031
|
0.625
|
−1
|
0.063
|
1.25
|
0
|
0.125
|
2.5
|
1
|
0.25
|
5
|
2
|
0.5
|
10
|
3
|
1
|
20
|
4
|
2
|
40
|
5
|
4
|
80
|
6
|
8
|
160
|
7
|
16
|
320
|
8
|
32
|
640
|
9
|
64
|
1280
|
10
|
128
|
2560
|
11
|
256
|
5120
|
12
|
512
|
10,240
|
13
|
1024
|
20,480
|
14
|
2048
|
40,960
|
15
|
4096
|
81,920
|
16
|
8192
|
163,840
|
Rentang iluminasi logaritmik
dipetakan menjadi sekitar 13,5 stops dan pada 14 bit ADC (Analog to Digital
Converter) menjadi 16.385 deret.[3]
Pseudo-HDR hanya membutuhkan 1 foto
induk dan menghasilkan foto dengan rentang luminasi yang sama lebar.
High dynamic range imaging
High dynamic range imaging adalah
teknik citragrafi dengan penyambungan stacking beberapa sumbu luminasi untuk
mendapatkan seluruh nilai tonal dari rentang luminasi subyek yang mempunyai
rasio kontras yang lebih lebar dan kontinu.
Untuk menghasilkan foto HDRI,
digunakan teknik exposure bracketing dengan sampling ev, misalnya pada -4ev,
-2ev, 0ev, +2ev, +4v. Hasil berupa beberapa foto kemudian digabungkan dengan
algoritma exposure stacking menjadi sebuah foto dengan rentang dinamis yang
lebih lebar. Pada histogram, foto ini memiliki sumbu axis lebih lebar daripada
foto-foto induknya. Algoritma exposure stacking memerlukan 2 buah foto induk,
masing-masing mempunyai histogram dengan sekitar 1/3 sisi:
- shadow pada nilai pajanan 0 untuk mendapatkan nilai
mid-tone subyek tergelap
- highlight pada nilai pajanan 0 untuk mendapatkan nilai
mid-tone subyek terterang
guna memperbaiki kurva tonal area under-exposed
dan over-exposed.
0 komentar:
Posting Komentar